Saya
sadari itu
Sebuah pemikiran itu tidak dapat
dihentikan. Akan terus mengalir. Menambah dan mengurangi. Tugas kita hanya
menyesuaikan. Sebuah waktu dan perjalanan tidak pernah berhenti. Jika kita
berhenti kita bisa ketinggalan. Berapa banyak orang yang harus berjuang lebih
berat setelah berhenti.
Kita akan terus kalah. Dalam arus globalisasi seperti
ini. orang yang tidak memperbaiki diri setiap hari akan selalu ketinggalan.
Seperti perjalanan berliku mencapai gunung.
Perjalanan ini penuh dengan halangan dan rintangan. Teruslah belajar demi masa
depan menghadapi tantangan.
Saya sadari ini. setelah pada saat ini.
merasa lelah mengejar mimpi. Kemudian memutuskan berhenti. Ketika memulai lagi.
Mati. Saya gak bisa lagi. Mendekati mimpi. Yang ada mimpi semakin jauh.
Mengejarnya harus lebih berpeluh.
Halangan dan rintangan ini adalah
keniscayaan. Musuh besar kita adalah diri kita sendiri. Tapi musuh besar kita
juga seluruh umat manusia. Bukan lagi hanya orang indonesia. Apalagi tetangga
kita. Kita sama sama berjuang. Sama sama melawan manusia seluruh dunia dalam
mengejar mimpi.
Dengan populasi umat manusia yang 7 miliar.
Bayangkan berapa banyak yang memiliki cita cita yang sama? Sangat banyak. Betapa
beratnya perjuangan kita. Tentu kita bisa berhenti kemudian menyerah mendengar
fakta itu. Tapi apa kita tidak malu? Malu pada diri sendiri. Malu pada embrio
kita sendiri. Malu pada sperma yang mengejar rahim melawan miliar sperma yang
lain dan sperma (kita) yang menang. tidakkah kita malu?
Saya sendiri malu. Lahir dengan sempurna.
Dengan bekal yang luar biasa. Ternyata masih berprilaku sia-sia. Sering
tidur,sering malas terutama malas menjaga kebersihan. Sering keasyikan maen
game hingga lupa waktu. Sering tergoda
oleh wanita.
Semua itu adalah tantangan besar saya dan
saya (gagal) menghadapinya. Itu tidak seberapa dengan berbagai orang yang bisa
berbuat sesuatu dengan segala kekurangannya.
Ada ujaran “kelemahan mu adalah kekuatan
mu”. Dalam konteks ini bisa jadi tepat tapi dalam kasus saya tentunya tidak
tepat. Bagaimanapun kekurangan saya harus dihilangkan jika ingin sukses.
Kelemahan mu adalah kekuatan mu adalah
ketika konteksnya melawan ketidakmampuan.
Ketidakmampuan disiplin adalah
kelemahan. Akan menjadi kekuatan jika kita berlatih untuk menjadi disiplin.
Dalam konteks ini kasus saya diatas bisa jadi tepat.
Semua ini adalah tantangan kita. Percaya
pada keyakinan diri akan membuat kita berhasil menghadapi tantangan ini.
jadikan hidup kita bermakna. Saya sampai sejauh ini seperti berada dalam perahu
dilautan ombak yang penuh dengan arus deras. Perahu adalah bekal kita dan
pelindung kita. Lautan adalah hidup kita dan lingkungan kita. Dan ombak yang
penuh arus deras adalah tantangannya. Kita bisa selamat asalkan kerja keras.
Ketika diri kita memiliki kelemahan yang
menganggu kita mengejar mimpi maka seperti perahu yang bocor. Tidak bisa
bergerak. hanya terombang ambing ombak.
Terus pertanyaannya, bagaimana kita
menghadapi tantangan dan halangan tadi? Dan bagaimana perahu kita bisa selamat
dari terjangan ombak dan arus deras?
Modal pertama kita adalah pendidikan.
Belajarlah. Belajarlah cara menghadapi masalah. Belajarlah
cara kita
mengendalikan perahu kita. Dengan pendidikan kita bisa bekerja keras.
Dengan pendidikan kita jadi tahu. Dengan
kita tahu kita bisa mengambil keputusan yang benar.
Dengan pendidikan kita memiliki keyakinan.
Dengan pendidikan kita memiliki modal lainnya.
Keingintahuan akan sesuatu akan membentuk
kita dan membantu kita menyelesaikan masalah.
Kemudian sesuaikan dengan keadaan. Dengan
lingkungan. Bagaimana kita memanfaatkan pendidikan kita dalam setiap perubahan
lingkungan. Sesuai dengan ajaran darwin “spesies dunia yang bertahan adalah
mereka yang sesuaikan dengan keadaan”
Adaptasi saja dengan keadaan. Manusia
adalah makhluk paling adaptif. Jadi gampang bagi kita untuk beradaptasi.
Saya sadari itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar