Rabu, 23 Oktober 2013

saya sadari itu

Saya sadari itu

Sebuah pemikiran itu tidak dapat dihentikan. Akan terus mengalir. Menambah dan mengurangi. Tugas kita hanya menyesuaikan. Sebuah waktu dan perjalanan tidak pernah berhenti. Jika kita berhenti kita bisa ketinggalan. Berapa banyak orang yang harus berjuang lebih berat setelah berhenti. 

Kita akan terus kalah. Dalam arus globalisasi seperti ini. orang yang tidak memperbaiki diri setiap hari akan selalu ketinggalan.

 Seperti perjalanan berliku mencapai gunung. Perjalanan ini penuh dengan halangan dan rintangan. Teruslah belajar demi masa depan menghadapi tantangan.

Saya sadari ini. setelah pada saat ini. merasa lelah mengejar mimpi. Kemudian memutuskan berhenti. Ketika memulai lagi. Mati. Saya gak bisa lagi. Mendekati mimpi. Yang ada mimpi semakin jauh. Mengejarnya harus lebih berpeluh. 

Halangan dan rintangan ini adalah keniscayaan. Musuh besar kita adalah diri kita sendiri. Tapi musuh besar kita juga seluruh umat manusia. Bukan lagi hanya orang indonesia. Apalagi tetangga kita. Kita sama sama berjuang. Sama sama melawan manusia seluruh dunia dalam mengejar mimpi.

Dengan populasi umat manusia yang 7 miliar. Bayangkan berapa banyak yang memiliki cita cita yang sama? Sangat banyak. Betapa beratnya perjuangan kita. Tentu kita bisa berhenti kemudian menyerah mendengar fakta itu. Tapi apa kita tidak malu? Malu pada diri sendiri. Malu pada embrio kita sendiri. Malu pada sperma yang mengejar rahim melawan miliar sperma yang lain dan sperma (kita) yang menang. tidakkah kita malu?

Saya sendiri malu. Lahir dengan sempurna. Dengan bekal yang luar biasa. Ternyata masih berprilaku sia-sia. Sering tidur,sering malas terutama malas menjaga kebersihan. Sering keasyikan maen game hingga lupa waktu. Sering  tergoda oleh wanita.

Semua itu adalah tantangan besar saya dan saya (gagal) menghadapinya. Itu tidak seberapa dengan berbagai orang yang bisa berbuat sesuatu dengan segala kekurangannya.

Ada ujaran “kelemahan mu adalah kekuatan mu”. Dalam konteks ini bisa jadi tepat tapi dalam kasus saya tentunya tidak tepat. Bagaimanapun kekurangan saya harus dihilangkan jika ingin sukses.
Kelemahan mu adalah kekuatan mu adalah ketika konteksnya melawan ketidakmampuan. 

Ketidakmampuan disiplin adalah kelemahan. Akan menjadi kekuatan jika kita berlatih untuk menjadi disiplin. Dalam konteks ini kasus saya diatas bisa jadi tepat.

Semua ini adalah tantangan kita. Percaya pada keyakinan diri akan membuat kita berhasil menghadapi tantangan ini. jadikan hidup kita bermakna. Saya sampai sejauh ini seperti berada dalam perahu dilautan ombak yang penuh dengan arus deras. Perahu adalah bekal kita dan pelindung kita. Lautan adalah hidup kita dan lingkungan kita. Dan ombak yang penuh arus deras adalah tantangannya. Kita bisa selamat asalkan kerja keras.

Ketika diri kita memiliki kelemahan yang menganggu kita mengejar mimpi maka seperti perahu yang bocor. Tidak bisa bergerak. hanya terombang ambing ombak.

Terus pertanyaannya, bagaimana kita menghadapi tantangan dan halangan tadi? Dan bagaimana perahu kita bisa selamat dari terjangan ombak dan arus deras?

Modal pertama kita adalah pendidikan. Belajarlah. Belajarlah cara menghadapi masalah. Belajarlah 
cara kita mengendalikan perahu kita. Dengan pendidikan kita bisa bekerja keras.

Dengan pendidikan kita jadi tahu. Dengan kita tahu kita bisa mengambil keputusan yang benar.
Dengan pendidikan kita memiliki keyakinan. Dengan pendidikan kita memiliki modal lainnya.
Keingintahuan akan sesuatu akan membentuk kita dan membantu kita menyelesaikan masalah.

Kemudian sesuaikan dengan keadaan. Dengan lingkungan. Bagaimana kita memanfaatkan pendidikan kita dalam setiap perubahan lingkungan. Sesuai dengan ajaran darwin “spesies dunia yang bertahan adalah mereka yang sesuaikan dengan keadaan”

Adaptasi saja dengan keadaan. Manusia adalah makhluk paling adaptif. Jadi gampang bagi kita untuk beradaptasi.
Saya sadari itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar