Jumat, 04 April 2014

apakah masih ada optimisme dan kebanggaan dalam diri kita terhadap indonesia?

Ada pertanyaan yang mengusik hati saya akhir akhir ini, pertanyaan  apakah masih ada optimisme dan kebanggaan dalam diri kita terhadap indonesia?

Menjelang pemilu legislatif dan pemilu presiden tahun 2014. Apakah anda sambut dengan optimisme atau kekhawatiran?

Jujur saja, bagi saya kekhawatiran saya lebih besar dari optimisme saya, kenapa bisa terjadi? Saya akan jelaskan alasannya.

Pertama,  media. Seberapa sering anda mendengar atau membaca berita baik selama pemilu ini?. Saya yakin jarang, kalau anda bandingkan antara banyaknya berita baik dan berita buruk, pasti akan lebih banyak berita buruk.

 Apakah berita buruk melahirkan optimisme? Tentu tidak, berita buruk hanya akan melahirkan kekhawatiran, jadi alasan pertama kenapa kekhawatiran saya lebih besar adalah karena tidak imbangnya pemberitaan.

Kedua, kondisi pemuda. Pengalaman saya, saya sangat sering bertemu dengan teman yang tidak peduli terhadap politik, bahkan saya pernah berdebat panjang untuk hal ini.

Sekarang saya tanya anda, apakah anda peduli pada politik di negara ini? Jika anda jawab ya, saya peduli berarti saya akan optimis, jika anda jawab tidak, saya tidak peduli, berarti saya akan makin khawatir.

 Ketiga, kondisi masyarakat pra sejahtera. Apa yang membuat anda sedih dan kasihan terhadap kondisi masyarakat indonesia kelas bawah? Kemiskinan? Hidup sulit? Kondisi paling menyedihkan adalah ketika mereka lebih membutuhkan uang yang lebih mendesak daripada pendidikan? Kasihan sekali, padahal menurut saya pendidikan adalah hal yang lebih utama.

 Ambil contoh ada seorang caleg datang ke suatu daerah terpencil yang miskin. Caleg tersebut membawa dua bekal yang akan diberikan pada masyarakat miskin tersebut. Yang pertama adalah uang/makanan dan yang kedua adalah buku.

Menurut anda, masyarakat tersebut akan memilih mana? Memilih uang? Ya mereka pasti memilih uang, kenapa? Uang lebih mereka butuhkan saat itu. Mereka tidak akan mungkin memakan buku.

Seperti itulah kondisi masyarakat indonesia saat ini. Pendidikan lebih penting tapi uang lebih mendesak. Susah sekali.

Sekarang pertanyaannya masih adakah optimisme dalam diri anda? Kalau saya, ada. Saya memiliki keyakinan dan optimisme. Kuncinya adalah kita, kita yang bukan bagian dari masalah.

Optimisme muncul ketika kita mengubah diri kita. Ada istilah “kita mungkin tidak bisa mengubah arah angin, tapi kita bisa mengubah layar perahu kita”.

 Anda sudah tau kuncinya? Benar, kuncinya adalah kita. Kita bisa mengubah layar perahu kita. Kita bisa mengubah setir perahu kita.

Optimisme muncul dari keyakinan, kita yang mengubah kita.
               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar