Jumat, 09 Desember 2016

ironi yang tidak ingin kita rasakan

Sebagai penyuka sepakbola, dimulainya pertandingan piala AFF yang diikuti Indonesia tentu menjadi hal yang menyenangkan bagi saya. Entah mengapa, kebahagiaan karena timnas sepakbola mencetak gol seperti membuat saya dipenuhi energi dalam tubuh untuk berteriak sambil berjingkrak.

Piala AFF yang seharusnya adalah turnamen yang biasa saja bahkan cenderung tidak penting. Tetapi, bagi timnas Indonesia, ironisnya turnamen ini menjadi usaha satu-satunya untuk membuat kita bangga. Mimpi berbuat banyak dalam kompetisi setingkat benua asia atau dunia masih jauh panggang dari api.

Kebanggaan atas juara piala AFF tentu harus kita syukuri, sebagaimana bersyukurnya Negara san marino setelah mencetak gol. Kita harus mawas diri bahwa timnas Indonesia kita banggakan hanya sebatas kemenangan tanpa gelar juara.

Polemik pengurus PSSI selaku induk persepakbolaan nasional membuat timnas Indonesia seperti terjun paralayang. Lamban menukik. Secercah harapan akan perubahan masih terus diupayakan agar paralayang itu bisa terbang lagi.

Di Negara tetangga, usaha untuk berprestasi dalam sepakbola lebih jauh lagi. Thailand sudah mencanangkan untuk setidaknya mencapai semifinal dalam piala asia. Turnamen setingkat benua.
Apakah kita bisa mengejar target tersebut, tentu saja semuanya harus bekerja keras agar kita bisa setara dalam turnamen piala dunia.

Namun demikian, kecintaan saya terhadap timnas sepakbola tidak surut. Adrenalin tetap terpacu apabila timnas mencetak gol. Bahkan mungkin, pacuannya setara dengan alat pacu jantung. Timnas mencetak gol membuat saya bisa bangkit layaknya orang yang sedang menggunakan alat pacu jantung.


 Saya yakin, kita semua mengalami ironi ini. Ironi ketika kita sadar bahwa timnas Indonesia bukan tim terbaik tetapi kita dukung dengan sepenuh hati. Jiwa medioker berpadu dengan rasa nasionalisme kita. Menimbulkan semangat dukungan yang mungkin akan terlihat aneh bagi yang tidak memiliki nasionalisme terutama karena yang mereka dukung adalah tim besar. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar