Senin, 30 Oktober 2017

Kegagalan wawan part 2 (cerbung)

Wawan pulang kantor ketika hari sudah sore. Malam menjelang ketika wawan berada di sebuah angkot. Wawan tak suka teknologi yang mematikan orang kecil. Dia tak biasa menggunakan ojeg online, baginya ojeg online mengingatkannya pada orangtuanya dulu sebagai supir ojeg. Ada getir kemiskinan hadir.

Wawan membuka kancing kemejanya, rasa lelah bercampur dengan keringat membuat wawan merasa tak nyaman. Wawan membuka tas berbentuk persgi panjang, dia buka agenda buku yang biasa dia lakukan sejak SMA, sekarang wawan sedang menamatkan buku "1984 george orwell" ini juga menjadi alasan lain bagi wawan kenapa dia lebh memilih menggunakan angkutan umum. Wawan bisa asyik membaca buku.

Wawan sedang asyik membaca buku sambil melihat sekeliling, hari ini macet sekali. Jalanan sedikit basah akibat hujan tadi sore. Suara motor saling bersahutan seakan berdialog. Sekelibatan cahaya, mata wawan tertuju pada gadis di paling pojok bagian belakang kondisi angkot. Jarak wawan dengan gadis tersebut sekitar 1 meter. Gadis itu sepertinya mahasiswa, terlihat dari tumpukan buku yang berada di bawah kakinya. Ia mengandeng satu tas kecil yang wawan asumsikan sebagai tempat menyimpan alat tulis dan make up, kemudian wawan teringat hal lucu, tanpa sadar tawa kecil hadir, membuat penumpang lain keanehan. Mungkin gadis itu suka ketuker, pensil alis kadang jadi pensil buat kampus, dan pensil kampus buat nulis alis.

Wawan semakin tak mampu menahan tawa, ketika matanya menuju sorot mata gadis itu. Tampak alis mata yang tak simetris, seperti bentuk gunung yang tegas.

Wawan mengalihkan pandangan, dia tak mau dianggap orang gila bagi penumpang lain. Halaman buku menjadi pemandangannya sekarang. Ia membalik halaman buku untuk berlanjut membaca. Namun, ia kadang berbalik lagi ke halaman sebelumnya karena lupa jalan ceritanya.

Kemudian wawan lipat bukunya, dia ambil handphone yang ada di saku depan celananya bagian kanan. Muncul nama anton di layar, sepertinya panggilan tak terjawab. Wawan tiba-tiba ingat, ucapan anton tadi siang. Dia rogoh celana lagi, kali ini sebelah kiri. Dia ambil sebuah kertas yang telah kusut. Dia buka, tulisan besar terpampang, "jangan terlalu jujur".

Wawan simpan lagi kertas itu, ia kembali mengalihkan pandangan, kali ini balik ke gadis itu. Berubah sikap. Wawan tersenyum. Dalam hatinya, wawan bergumam, "gadis itu cantik dengan alis yang aneh."

Pandangan wawan berubah, wawan mulai tertarik, dia semakin intens mengamati tingkah perempuan itu, wawan sekarang memanggil dia perempuan, mungkin karena pandangan yang telah berubah. Dia mulai mengamati mulai dari atas kepala. dia berkerudung warna ungu dengan motif bunga-bunga. mungkin dia suka warna ungu, apalagi setelah pemindaian satu lagi, mata wawan mengambil kesimpulan, warga ungu berada di berbagai area, kerudung, kantong, dan gelang di sebelah kirinya.

Wajahnya teduh seperti pohon besar di taman kota. Meneduhkan para pedagang yang beristirahat. Kulitnya bersih sedikit gelap, dan punya dagu yang sedikit lancip.

Perempuan itu tak bisa lepas dari handphonenya, ada gurat kecemasan dari pelipis matanya, wawan bertanya-tanya, kenapa? Wawan tak menemukan jawabannya. Wawan hanya bisa berasumsi seperti biasanya. "Mungkin dia sedang ditunggu orangtuanya, "kata wawan. "Atau mungkin dia sedang ditunggu kegiatan lainnya." Wawan menepis kemungkinan terburuk, "suaminya tak memberi jawaban untuk menjemputnya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar