Minggu, 03 Mei 2020

Perempuan dan gelap

Daripada kau melamun, karena pacarmu hanya membaca tanpa membalas pesanmu, lebih baik kau dengarkan ceritaku. Aku mau menceritakan kepadamu tentang gelap dan perempuan.
Asti, pekerja seni, 24 tahun, merenung seumpama peran yang biasa ia lakukan. Peran antagonis yang mengubah hidupnya. Hidupnya yang terang berubah menjadi gelap. Perubahan itu akibat wajahnya yang memiliki kesan jahat seperti singa yang mengaum.
Singa adalah raja hutan, asti juga seorang ratu. Ia memiliki anak buah yang membantunya. Anak buahnya memiliki peran yang berbeda. Ada yang berperan mengambil air minum, mengambil makanan sekaligus menyuapinya, hingga ada yang berperan memastikan tidak ada kotoran di sela kuku, dalam telinga, dan mulutnya.
Sebagai pekerja seni sekaligus ratu, tentu saja asti biasa menelan pil pahit. Biasanya dari ketidakterimaan penggemarnya. Memang, kekayaan selalu menghadirkan efek buruk. Kecemburuan. Namun, ia tetap lapang dada. Ia tahu mereka tak mengenal dirinya. Jadi ia tetap dengan kehidupannya sebagai ratu.
Apa yang kurang dari ratu asti? Iya! Singgasana. Asti memiliki singgasana berupa rumah besar di pusat kota. Sekelilingnya adalah rumah yang hanya membuat iri gelandangan. Seperti mercusuar di bibir pantai, rumah asti menandai perbedaan kesenjangan antara miskin dan kaya.
Rasanya ratu asti telah memiliki hidup yang sempurna.
Kau tahu, hidup yang sempurna itu selalu utopia, bahkan untuk sebuah film atau dongeng. Begitu juga hidup asti, ia tak sempurna karena hidup dibawah ketakutan.
Gelap dan malam, seperti mimikri dalam hidup asti. Banyak hal jahat terjadi pada malam hari. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar