Senin, 09 Januari 2017

aku dan kematianmu

setelah acara pemakaman yang sendu, aku masih duduk di samping makam orang tersayang aku. aku tidak tau dengan kamu, tapi bagiku rasanya pantang untuk menangis di samping makam. aku tak perlu menangis, karena pasti yang di dalam makam juga tidak mau melihat aku menangis. dia sedang bahagia disana, masa aku harus menangis, begitu pikirku.

sebelumnya, itu adalah pacarku yang aku temani di rumah sakit. namanya ghe. dia terkena penyakit. aku tidak tahu bahwa penyakitnya parah. manalah aku mengerti penjelasan dokter, aku hanya seorang pekerja biasa. yang aku tau soal penyakit itu hanya flu dan batuk.

sebenarnya aku tidak tahu bagaimana harus bersikap ketika seseorang yang aku kenal meninggal dunia. aku selalu merasa canggung jika berada di suatu acara kematian. apa aku harus turut bersedih tau bertindak tegar. karena, menurutku, kematian tidak harus selalu diratapi dengan kesedihan. kematian lebih dekat pada keikhlasan.

aku masih terduduk menatap makam, mengusap papan berisi data diri orang meninggal seakan mengusap kepala orang yang meninggal tersebut. aku tidak tahu sampai kapan akan bertahan di sini. mungkin hingga dia hidup kembali atau mungkin hingga aku mati menyusul dia.

tetapi aku tidak menangis, aku malah tersenyum. senyuman keikhlasan yang tertanam sangat dalam. mungkin jika aku tau bahwa kamu tidak akan berada di surga, aku akan menangis sejadi-jadinya. tapi tidak denganku, aku yakin kamu akan di surga, aku yakin karena kebaikan kamu di dunia kepadaku, berdampak besar bagi aku menjalani kehidupan di dunia. kebaikan kamu menuntun kamu ke surga. karena keyakinan itu, aku tersenyum.

aku tidak mau menggantikan kamu di surga sebagaimana lagu agnes monica. aku tahu kamu lebih pantas di surga, kelak ketika aku sudah pantas ke surga. aku akan menemani bukan menggantikanmu.
karena hidup di surga lebih indah jika ada yang menemani. tetapi, sesepi-sepinya surga tanpa ada yang menemani. hidup di dunia tidak mampu menggantikan kebahagiaan surga.

aku berjanji jika kelak aku harus menyusulmu, aku bakal menuliskan ini, sebagai bukti bahwa saat kamu pergi, aku ikhlas menjalani. meski hati terasa sendiri.

PS : ini hanya fiktif ya :)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar