Selasa, 19 September 2017

LATAR BELAKANG

Sebelum berlanjut ke hal yang penting, mari kita mulai semuanya dari latar belakang. Latar belakang apabila dalam kehidupan mahasiswa, sering sekali hadir dalam keseharian. Termasuk dalam sistematika makalah yang sering dikerjakan mahasiswa. Latar belakang berperan dalam mengantar sebuah makalah berjalan. Membahas hal-hal yang melatarbelakangi mahasiswa membuat makalah.
 Jadi mari kita mulai dari sana. Perkenalkan saya moch. Akbar maulana. Biasa dipanggil akbar. Ini suatu hal yang berat untuk saya mengakui tetapi tak apalah. Saya gemar menulis. Ini bisa dibantah. Pertama, karena saya tidak konsisten menulis. Kalian mungkin berpikir dan kemudian berargumen bahwa masa dia gemar menulis tetapi menulis saja tidak konsisten. Kedua, tidak bergabung komunitas penulis. Untuk sebagian orang, lingkungan sangat berpengaruh pada motivasi. Kalian yang terbiasa gabung komunitas penulis dan aktif di dalamnya pasti setuju bahwa hal itu pasti berpengaruh pada motivasi kalian menulis. Dua hal tadi melatarbelakangi saya, betapa saya masih ragu akan kegemaran saya menulis. Apakah benar saya doyan menulis? Berbakat menulis? Pertanyaan ini yang mengarahkan saya pada usaha-usaha untuk mendekati hal-hal yang mampu membuat saya menyelesaikan masalah tadi. 
Pertama, saya suka bermain telepon genggam. Dari kebiasaan itu, saya menemukan sebuah akun dari instagram. Isinya tentang komunitas pembaca buku. Namanya bacabuku. Kegiatan yang dilakukan adalah ngampar boekoe. Jadi mereka menyediakan waktu di taman kartini pada setiap hari minggu pukul 3 sore sebuah kegiatan mengamparkan buku sehingga orang-orang yang sedang berada di taman dapat membaca buku dengan gratis. Ini keren sekali pikir saya dan tentunya, ini bagus dalam mencari ketetapan hati saya soal gemar menulis tadi. Kemudian saya dekati mereka. Saya berusaha mengenali. Menjalin komunikasi. Akhirnya saya datang pada kegiatan mereka. Acaranya menarik sekali. Saya membaca buku kemudian menganalisa buku dalam sesi yang mereka sebut tadarus buku. Tadarus buku adalah kegiatan membaca buku dua kalimat per orang dengan pelan agar memahami setiap struktur dan kalimat dari buku tersebut. Kemudian kegiatan berlanjut dalam sesi kuis. Kuisnya adalah membuat karya sastra. Tentu ini menarik juga bagi saya karena saya merasa tertantang untuk membuat karya. Nambah lagi motivasi saya untuk menulis. Waktu itu membuat karya sastra fiksimini. Saya tidak membuat karena telepon genggam saya baterainya habis. Tetapi, dalam diri saya dan pikiran saya, saya berpikir tentang segala kemungkinan-kemungkinan yang akan saya buat dalam cerita fiksimini tersebut. Ya setidaknya, begitulah untuk memulai. 
 Lanjut ke hal yang kedua, komunitas penulis. Mencari komunitas penulis yang secara visi sama tentu susah, apalagi bagi saya yang tinggal di daerah yang entah kenapa, kegemaran menulis dan membacanya tidak tampak. Saya tidak mau berprasangka buruk, mungkin sebenarnya di daerah saya ada penulis dan komunitasnya hanya saja malu-malu untuk tampil di muka umum. Mungkin juga karena mereka merasakan hal yang sama seperti saya. menunggu hingga ada orang yang berinisiatif memulai atau mungkin juga karena pemanfaatan sosial media untuk membangun komunitas kurang dimaksimalkan. Saya juga tidak tahu. Suatu ketika saya melihat akun instagram. Sebagaimana kebiasaan yang saya jelaskan tadi. Mungkin karena saya kuper atau lingkungan yang “udah beda aja gitu”. Jadi teman saya sedikit. Pertemanan saya dibangun oleh jaringan sosial media. Terima kasih abad milineal datang waktu saya remaja. Oke, balik lagi ke akun instagram tadi. Namanya ciani limaran. Ini saya mention. Semoga orangnya membaca. Dia adalah penulis buku “menuntaskan rindu” bersama teman saya nychken gilang. Saya mention orangnya juga. Semoga dia juga membaca. Saya tahu mereka adalah penulis hebat. sangat konsisten dalam menulis. Teman saya gilang. Dia satu kampus sama saya. bahkan satu kelas. Saya tahu dia penulis. Tetapi jujur saya sebel sama dia. Hahaha. Ini sebenarnya tidak baik ya dalam hubungan pertemanan. Tetapi daripada jadi bakat kan ya? Jadi borok. Mending ungkapkanlah. Saya sebel kenapa? Pertama, dia penulis yang hebat. blognya dia saya baca dan bukan hanya karena dia teman saya. seperti tadi saya bilang karena dia penulis yang bagus. Tetapi dia tidak inisiatif. Beneran, dengan segala kepemilikan dia yang banyak. Saya sih berharap dia mau membagi sedikit ilmunya gitu. Membangun budaya literasi dan menulis di kelas saya. tetapi nychken tidak bergerak kesana. Entah kenapa? Saya heran. 
Satu paragraf tadi adalah curhatan saya saja. Semoga tidak kesinggung orangnya. Tetapi, bodo amatlah. Paling saya yang malu. Hahahhaha. Nah lanjut ke akun instagram ciani tadi. Dia memposting sebuah gambar. Tentu, kan namanya instagram. Ya gambar atau video pilihannya. Gambar tersebut berisi ajakan untuk hal yang disebut ODOP. ODOP adalah One Day One Post. Dari istilah tersebut, kalian pahamkan maksudnya? Ya betul. Saya yakin saja ada yang jawab. Benar ada, belum tentu. Lebih baik saya jelaskan sekali lagi. Jadi, ODOP itu adalah sebuah kampanye atau gerakan literasi yang bertujuan agar para pendaftar untuk aktif menayangkan satu tulisan dalam satu hari. Atau untuk penjelasan yang lebih singkat. Satu hari satu postingan blog. Komunitas penulis (Bisa dibilang begitu) yang saya asumsikan juga nychken dulu bergabung dalam komunitasnya. Tertariklah saya. saya buat pendaftaran. Setelah itu, saya menunggu jawaban mereka. Selagi saya menunggu, saya sempat berpikir, mungkin saya tak diajak karena tulisan saya terakhir yang saya upload sudah beberapa bulan yang lalu. Kemudian, hari ini tepat tanggal 18 september 2017, dari admin komunitas ODOP pimpinan bang syaiha. Saya baru saja membaca nama pendirinya di newsfeed. Sebut saja dulu admin. Karena saya tidak tahu namanya siapa, dan foto yang digunakan dalam pengiriman whatsapp orang tersebut bukan foto wajah manusia. Jadi admin komunitas ODOP mengirimkan whatsapp, memerintahkan bagi siapa saja yang mau gabung harus menulis sebuah postingan untuk menunjukkan keseriusan bergabung dalam komunitas tersebut. Jadi itulah latar belakang postingan ini.
 mari kita lanjutkan kepada isi dari whatsapp yang dikirimkan admin ODOP tersebut. Admin tersebut mengirimkan pesan yang berisi tugas menulis dari pertanyaan. Pertama, apa persepsiku tentang ODOP. Kedua, harapanku untuk komunitas ini. Saya menggunakan kata "aku", karena dalam whatsapp, adminnya menggunakan kata "aku". Untuk jawaban dari pertanyaan apa persepsiku tentang ODOP. Pertama, ODOP adalah komunitas penulis yang menitikberatkan pada upaya untuk berlatih. Tidak sekedar berteori tetapi berpraktek terus menerus agar terlatih untuk penulis by default dengan baik. Saya tidak tahu, mungkin saya salah, persepsi kedua yang mengikat pada ODOP adalah komunitas penulis yang islami. Sebenarnya ini bagus, sangat bagus bahkan. Tetapi entah, apakah komunitas tersebut menerima seseorang yang secara isi postingan berbeda dengan anggota ODOP secara umum. Mungkin lebih liberal, atau bahkan lebih komunis, entahlah. Mengucapkan kata komunis saja saya takut. Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa saya ingin berlatih menulis dan komunitas ODOP menyediakan itu. Tentu saja, harapan saya komunitas penulis ODOP semakin besar. Maaf, saya langsung menulis intinya. Pengantarnya belum saya sampaikan. Sekarang saja, jadi begini, untuk pertanyaan apa harapanku untuk komunitas ini. Sesuai yang dijelaskan diawal, semakin besar, semakin merangkul semua penulis. Semua penulis yang bertema berbeda. Berpandangan berbeda. Agar kekayaan intelektual komunitas semakin kaya. Bayangkan, bagaimana sebuah tulisan dibalas dengan tulisan. Sebuah argumentasi produktif yang baik bagi perbaikan kualitas literasi bangsa Indonesia. 
 Oke cukup, saya sudah ketinggian berpikirnya. Lebih baik sekarang. kita tutup saja ceritanya dan ucapkan terimakasih telah membaca.

3 komentar: