Sabtu, 07 Oktober 2017

Mati

Celaka, aku jatuh cinta.

Matahari seperti bayi tersenyum. Pagi hari yang tak berdarah karena sayatan hujan. Aku sekarang berada di lapangan upacara. Aku berdiri dengan khidmat. Persiapan melaksanakan upacara pengibaran bendara hari senin.

Sebagai pegawai sekolah, barisanku berada menghadap barisan murid yang berbaris seragam. "Hiduplah indonesia raya" dirigen mulai memerintahkan semuanya bernyanyi.

Seharusnya khidmat sekali hari itu, aku tak merasakan itu. Mataku teralihkan oleh senyum manis di hadapanku. Murid perempuan yang cantik. Berlesung pipi. Mata tajam dan sedikit belo. Bibir tipis. Berkerudung.

Seakan kapal titanic di seluruh lautan. Aku ingin melihat terus. Celaka, aku jatuh cinta pada murid sendiri.

Segera aku enyahkan perasaan itu. Aku harus tahu diri. Posisiku menghalangi itu.

Selesai upacara.

Kembali ke ruang kerjaku. Duduk, menekan tombol power. Komputer menyala.

Sambil menunggu komputer siap, aku melihat sekeliling meja kerjaku. Berantakan sekali. Kertas-kertas ada dimana-mana. Buku-buku agenda bernumpuk sama kertas sampah.

Aku segera bangkit. Membersihkan meja kerjaku. Merapihkan buku agenda. Membuang kertas-kertas sampah. Memilah dan memilih kertas-kertas penting dan tidak.

Berbarengan dengan komputer yang menyala, mejaku sedikit rapih. Aku siap bekerja.

Asyik dengan pekerjaan, aku mulai lupa perempuan itu. Perempuan yang aku lihat di lapangan upacara.

Aku lega hingga tiba-tiba dia datang ke ruanganku. Aku bergidik, dadaku seperti naik roller coaster, naik turun. Dia tersenyum. Aku jadi mati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar