Minggu, 15 Oktober 2017

Remang-remang

Taman yang remang malam itu. Menambah pembenihan dalam kata. Segera duduk sendiri kembali. 
Aku berbenah, merapihkan kenangan. Katamu, remang itu menarik. Menghadirkan kenakalan. Terang dan gelap adalah batasan. Remang adalah pertengahan. Sungguh sebuah kenakalan.
Remang ini, bukan remang biasa. Remang yang menghadirkan nafsu. Remang yang biasa seharusnya menghadirkan ketakutan, ini tidak.. katamu.
"Sini segera peluk aku," kamu melanjutkan. Membuat remang menjadi semakin remang. Aku kuasa diri. Menahan birahi. Aku harus peluk kamu sebelum semuanya terbuang sia-sia dalam terang.
Keremangan ini menyenangkan, aku hinggap dalam angan. Aku rasa aku bisa lama. Tak usah buru-buru keluar. mari kita menikmati keremangan ini. Katamu.
Aku jatuh cinta dengan dosa. Dan aku tak peduli. Aku hanya ingin berbagi dengan setan. Kata orang, setan abadi. Bagiku setan hanya ada saat remang-remang. Saat aku dan kamu dalam pagutan mesra.
Setan membuat remang makin menyenangkan. Katamu. Semua yang ada setannya selalu menyenangkan. Aku mengangguk setuju. Benar, dan sekarang aku tak ingin segera lepas. Setan membelengguku di remang-remang ini.
Aku melihat kamu sudah bercucuran keringat. Mandi di bawah remang ternyata sexy. Aku ikut masuk ke dalam tubuhmu. Menjadi sabun yang mengelap keringatmu. Bersih hingga setan pergi.
Remangpun pulang, dan kini yang tersisa hanya sesal.

1 komentar: