Kamis, 26 Oktober 2017

Saya dan kedekatan dengan dunia baca dan tulis

Setelah aktif menulis sekian lama, saya menyadari kalau saya ini masih amatiran. He he he. Saya mulai suka menulis ketika masih SMK kelas 11, cenderung terlambat. Namun, saya suka membaca sejak SMP.

Saya sering membaca koran, tak pernah baca buku, karena tak dibelikan ibu. Saya biasanya membaca koran pikiran rakyat.

Dulu ketika bapak saya masih bekerja sebagai Kepala Desa, saya selalu meminta bapak membawakan koran untuk saya. setelah tidak lagi menjadi Kepala Desa, saya selalu membaca koran di  sebuah wartel milik saudara saya. Setiap pagi sekitar jam 10, atau setelah pulang sekolah jam 2 jika sekolah pagi. Saya mampir hanya untuk membaca koran.

Topik paling utama yang biasa saya baca tentunya adalah sepakbola, kemudian yang ringan-ringan, kemudian cerita tentang daerah saya, tentang luar negeri, untuk kemudian membaca review karya seni.

Selain itu, saya juga ketika SMP berlangganan majalah mingguan soccer yang sekarang telah almarhum, setiap membeli majalah tersebut tersedia bonus poster yang saya pasang di kamar atau saya kasihkan ke teman saya.

Selama 4 tahun saya langganan majalah soccer, sempat juga, sebentar saja kalau ada uang lebih membeli majalah tarbawi, majalah percikan iman, dan persib magz. Kegemaran ini berlanjut hingga sekarang namun berganti rupa dengan sering membaca tulisan-tulisan dari situs-situs berita internet, terutama panditfootball dan mainbasket.

Kegemaran saya ini mungkin berpengaruh kepada kesukaan saya pada dunia tulis menulis, meski uniknya saya justru mulai ingin menulis ketika mulai membeli buku. Buku pertama yang saya beli, saya lupa lagi. Tapi, saya ingat buku apa yang membuat saya merasa bahwa saya ingin jadi penulis. Bukunya from zero to hero dari solikhin abu izzudin.

Saya ingin membuat buku seperti dia, dulu saya selagi sekolah menengah atas sekalian ikut pesantren, sehingga buku saya banyak yang seperti itu. Lulus sekolah kemudian tidak ikut pesantren lagi, saya tertarik kepada hal yang lain. Saya tertarik terhadap komedi. Saya mulai membaca buku tentang komedi, tentu saja buku yang wajib ada jika berbicara komedi adalah bukunya raditya dika.

Saya lahap hampir semua buku karya raditya dika, saya pelajari tekniknya, struktur penulisannya hingga sempat saya ingin menulis buku seperti radit.

Selang beberapa saat, kegemaran saya bertambah, saya menyukai standupcomedy, saya pelajari tekniknya, beli buku teorinya, gabung komunitas dan bikin komunitasnya.

Setahun belakangan ini, tulisan yang menarik bagi saya mulai berubah, saya tak lagi mencari buku yang ngepop, buku tentang perlit, sekarang saya menyukai esai, feature, dan cerpen atau novel yang bertemakan sosial. Saya mulai membaca, belajar menulisnya, strukturnya bagaimana, hingga sekarang.

Mungkin itu sebabnya kenapa saya ingin menjadi jurnalis, soal bahasan tentang menjadi jurnalis nanti saya akan ceritakan, sekarang fokus ke karir menulis saya.

Dari cerita di atas, dapat disimpulkan bahwa saya terlambat untuk memulai, saya menulis yang belum menemukan kenyamanan, saya tidak konsisten alias on off ketika menulis.

Inilah alasan saya kenapa saya tidak pernah ikut lomba, secara proses saya belum siap untuk menjadi pejuang lomba, saya harus minimal telah bergelut dengan dunia penulisan selama 5 - 7 tahun secara konsisten untuk mulai berani mengirim tulisan saya.

Sekarang yang saya perlukan hanyalah fokus dan tetap nikmati setiap proses yang sedang dijalani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar