Minggu, 19 November 2017

Kapan Kawin? Part 2

BAB 2
Google saja tidak mampu menjawab

Saatnya pulang. Waktu telah menunjukkan pukul 13.30. seluruh siswa dan guru telah pulang. Agil tinggal sendirian di kantor. Bersiap pulang juga.

Agil keluar kantor. Menggandeng tas yang biasa ia bawa. Menuju parkiran mencari motor Suzuki tahun lama miliknya. Bajunya sudah lusuh. Bagian lengannya ia gulung. Tiba di parkiran agil naik motor, menyalakannya. Suara desingan cempreng knalpot motor menemani agil menuju jalan pulang.

Agil melenguh, tiba di rumah. Ia memarkirkan motornya di teras rumahnya. Turun dari motor, dihadapannya kini adalah pintu berwarna putih kusam berkarat. Agil memegang pegangan pintu, memutarnya hingga suara “ceklek” tanda pintu terbuka terdengar. Agil mengucapkan salam. Masuk ke dalam rumah. Menuju kamarnya. Menyimpan tasnya. Menjatuhkan badan ke tempat tidur yang masih berantakan.

Agil mengambil handphone yang tersimpan pada saku celananya. Mengecek sosial media twitter. Agil berencana pergi nanti sore ke sebuah acara pertunjukkan standupcomedy. Agil mendeham, tangannya menggaruk rambut kepala. Ketombe berterbangan. Agil menghiraukannya, berhenti menggaruk kepala. Agil bangkit segera, menanggalkan bajunya, berganti dengan baju untuk bermain. Kaus oblong dipadangkan dengan jeans warna hitam.

****

Agil tiba di cafe. Semi outdoor. Duduk di kursi yang memanjang. Agil membuka tas, mengambil laptop dalam tasnya. Sesekali melamun, menerawang, Agil membalik-bolak menu, memesan kopi Caffucino. Agil kembali fokus. Berbarengan dengan pelayan yang mengantar kopinya, layar Microsoft word terbuka. Agil berencana melanjutkan novel yang sedang dia buat. Sesekali dia tersenyum kecil membayangkan adegan pada novelnya.

Agil melihat sekeliling, ketika pada satu sudut. Ia tak sengaja melihat yanto bersama perempuan. Agil penasaran. Dengan sedikit bersembunyi, ia memperhatikan yanto bersama perempuan tersebut. Menaruh curiga, agil lebih intens mengamati yanto. Dari jarak sekitar lima meter agil mengamati yanto. Draft tulisan yang tampil dilayar ia abaikan. Yanto duduk di dekat pintu masuk, bergandengan tangan. Perempuan ini sepertinya seumur dengan yanto, namun wajahnya terlihat muda. Wajahnya senyum sumringah. Manis dengan kulit yang kuning langsat. Yanto yang tambun sangat kontras dengan perempuan itu yang kurus.

Duduk berhadap-hadapan, yanto memesan minuman dan perempuan itu memesan makanan. Sambil menunggu pesanan datang. Mereka berbicara, begitu asyik, dari sudut pandang agil. Obrolannya tak terdengar. Terdistorsi oleh bisingnya musik dari cafe dan obrolan pengunjung lainnya. Sesekali yanto memegang tangan perempuan itu.

Atas nama penasaran, agil menutup layar laptopnya. Bangkit berdiri, menghampiri yanto yang sedang minum. Pesanannya ternyata telah datang. Agil berdehem. Muka yanto memancarkan kaget. Seperti ada rasa malu dalam dirinya. “lah, kok kamu di sini,” kata yanto, setelah mengatur kondisinya.

“ia lagi nulis” balas agil, memperhatikan perempuan di samping agil. Yanto berkata, “eh, lupa! Kenalin, ini agya. Pacarku, calon istriku,” berdehem, kata yanto. Tegas. Mata agil melotot, dengus kesal tertahan dalam hati. “eh, kenalin, aku akbar! Teman kerjanya yanto.” Menyalami perempuan yang bernama agya itu. Kemudian pamit kepada yanto untuk balik ke mejanya.

Tiba di mejanya. Agil menjatuhkan tubuhnya ke kursi empuk. Seakan ada beban entah darimana datangnya. Ia kemudian berpikir, seperti kontemplatif. Seperti yang biasa mereka lakukan.

“Aku harus segera punya pasangan, segera menuju jenjang pernikahan” begitu kata agil pikirnya.

Namun, kemana dia bisa menemukan pasangan? Tak bisa asal memilih. Harus mencari, mendekati kemudian baru jadi pasangan. Agil mengeluh, “kayaknya bakal lama nih”. Kemudian agil meragukan dirinya. Akhirnya dia membuka laptop yang dari tadi dia tutup. Menutup mukanya pakai tangan. Kemudian mengetikan sesuatu dalam laptop.

Hal-hal yang harus dipersiapkan ketika ingin mendapatkan pacar. Google segera menemukan jawabannya.

Jawaban google sungguh mengejutkan. Google tertulis, “internet not connection, masa soal ini saja masih bertanya”.

 Agil menepuk jidatnya yang lega. Kalau misalkan ingin bermain futsal. Jidat agil mungkin bisa lapangannya. Kemudian agil Mengelap keringat yang menempel pada jidatnya. Sepertinya mood menulis sedang turun bagi agil. Ia segera bergegas menuju parkiran. 

Sebelum itu, ia menutup laptopnya. Sekedar menutup layar tanpa mematikan. agar nanti ketika moodnya kembali tumbuh, agil tak perlu menyalakan laptopnya dari awal.

Tiba di parkiran, ia segera memacu motornya kembali ke rumah setelah berpamitan dengan yanto yang masih asyik bercengkrama dengan pasangannya.

*****

Agil tiba di rumah ketika ajakan teman untuk bermain terlihat pada layar handphonenya. Agil menyapu layar. Membuka aplikasi pesan.

From windi
Gil, ayo kita main. Di sini lagi ada diskusi soal menulis.

Agil membalas teks tersebut.

Ntar saya nyusul. Saya baru nyampe.

Yang dimaksud windi soal di sini adalah seperti rumah. Rumah ini adalah semacam rumah baca. Di sini banyak penyuka literasi berkumpul. Ia adalah penggagasnya. Agil suka bermain di sana. Sesekali mengajarkan menulis. Meski pada dasarnya ia belum mampu menulis. Ia sekedar sharing.

Agil lekas buru-buru berangkat kembali. Belum sempat ia masuk ke dalam rumah. Jarang yang dekat dengan rumahnya, membuat agil merasa tanggung jika harus ke rumah dulu.

Windi adalah teman dekat agil sebenarnya. Ia mengenal agil sudah lama. Semenjak rencana membangun rumah baca ada, agil membantu windi untuk mewujudkan keinginan itu. Windi sendiri bekerja sebagai pengajar. Ia lulus kuliah dengan nilai terbaik. Kalau disbandingkan dengan agil secara akademik. Bak bumi dan langit. Agil hanya mampu menulis, ia jelek pada ilmu lain, terutama ilmu hitung.


Sebenarnya agil kagum kepada windi, kalau tidak boleh disebut suka. Agil sering memperhatikan windi. Meski dalam diamnya yang tidak tahu hingga kapan. Agil selalu merasa minder jika dalam hatinya ingin menunjukkan perhatian pada windi. Namun akibat dari kejadian dengan yanto di kafe tadi sore, agil akan memaksa diri untuk menunjukkan perhatiannya.

1 komentar: