BAB III
Orangtua yang
bertanya dan menjawab sendiri
“Akhirnya saya dapat pasangan”,
kata yanto lega. Yanto sudah hampir menyerah soal jodoh andai saja dia tidak
bertemu agya. Ia bertemu melalui aplikasi tinder. Yanto awalnya skeptis
terhadap aplikasi tinder ini, namun ia tak menyerah dan mencobanya. Akhirnya
yanto bertemu dengan agya.
Sebelum bertemu, agya dan yanto
begitu intens berbalas pesan singkat. Tanda kecocokan diantara mereka. Yanto selalu
tersenyum apabila mengingat agya sering sekali bercerita dengan kesal semua
temannya bercanda yang sudah basi.
“Namanya siapa?”
“Agya.”
“Merek mobil ya?”
Itu adalah candaannya. Sungguh sangat
tidak lucu dan membosankan. nama agya sendiri adalah pemberian kedua orangtua. agya adalah gabungan nama kedua orangnya. agus dan mia. sungguh kreatif sekali.
Mereka berdua (yanto dan Agya)
bertemu di kafe yang sama dengan agil. Itu adalah pertama kali yanto bertemu. Yanto
makin mantap dengan agya.
Yanto, yang berumur hampir kepala
empat. Mungkin sudah sangat bosan dan kesal apabila ditanya soal kapan kawin? Ia
bahkan bisa tersinggung meski pertanyaan itu bukan untuknya. Kondisi fisik
yanto yang tambun sepertinya sering menjadi alasan perempuan mundur.
Agya berbeda. Agya justru senang
pada yanto. Katanya lucu seperti panda. Agya sendiri sebenarnya masih muda. Umurnya
sekitar 32 tahun. Selisih 7 tahun dengan yanto. Agya berkulit sawo matang. Suara
merdu dan lembut. Sangat kontras dengan yanto.
Bagi yanto dan agya, mereka
memang ditakdirkan untuk bersama.
Agya sepemikiran dengan yanto, ia
mengarahkan yanto untuk datang ke rumahnya. Setelah dari cafe ini.
“Kita harus kemana,” kata yanto
menyibakkan diri.
“kerumahku saja, kita serius,”
balas agya, tegas.
Yanto kaget. Tangannya mengenggam
erat. bibirnya sedikit ia gigit. Menghembuskan nafas.
“Serius? Itu lebih baik”
Setelah makanan habis, yanto berdiri. Disusul agya. Memutuskan
segera menuju rumah keluarga agya.
****
Yanto mencium bau kotoran ayam ketika tiba di rumah agya. Rumah
agya memang memiliki kandang ayam di samping rumahnya. Yanto turun dari
motornya. Agya lebih dahulu turun dan masuk ke rumahnya. Yanto menyusul di belakangnya.
Malam telah tiba ketika yanto melangkah masuk ke dalam rumah
agya. Agya dan keluarganya telah menyambut dalam rumahnya. Yanto tersenyum, mengucapkan salam, menyalami
keluarga agya.
“Silahkan duduk!,” ucap ayah yanto, menjaga wibawa.
Duduk berlawanan, dipisahkan oleh meja di depan mereka. Terdapat
bunga dari plastik berwarna pink terpajang di mejanya. Dengan warna pink alas
meja yang senanda. Tersedia minuman teh air hangat di meja. Yanto meminta izin meminumnya.
Ia menelan ludah. Sekarang yanto berada dalam situasi canggung. Obrolan jadi
berlangsung satu arah. Yanto lebih merasa seperti di wawancara.
Namanya siapa?
Yanto, om!
Kerja dimana?
Di sekolah om! sebagai staf tata usaha.
“Wawancara” selesai. Orangtua agya tampak yakin dengan
tampang yanto. Yanto semakin mantap melamar agya.
******
Agil menyapa windi ketika telah tiba dan masuk ke dalam
rumah baca tersebut. Agil tersenyum, windi membalas. Hari ini ada kegiatan
pembimbingan. Windi yang memang sebagai panitia. Segera menyiapkan segalanya. Agil
membantu sebisanya.
Terus terus
BalasHapusEnak dibaca .. good work!
BalasHapus