Senin, 27 November 2017

Kapan Kawin Part IX

BAB IX

Mencari bantuan menjawab

Rendi datang ketika agil sedang merangkul yanto. Dengan nakal ia berkata, “cie! Kalian sejak kapan pacaran?”

“Sialan lu!” ucap yanto dan agil, kompak.

Rendi tertawa lebar. Ia segera menghampiri mereka berdua.

“kenapa? Kenapa?” ucap rendi. Ia memang lebih bijak. Mungkin karena telah menikah.

“begini,” agil membuka suara. “yanto bingung mencari tambahan biaya dari mana?”

“oh. Ini sih gampang.”

Ia duduk di sebelah mereka berdua. Ia mengambil gorengan yang tertata rapi di meja.

“Kita bilang saja sama teman kantor kita.” Sambil memegang gorengan rendi berkata.

“ah, tidak, saya malu.” Yanto yang berbadan tambun berkata. Cukup aneh. Sebenarnya dengan badan ia yang besar. Ia bisa saja mengandalkan hal itu untuk mendapatkan uang. Namun badan besar tak menjamin juga memiliki nyali yang kuat. Ia justru penakut apabila bertemu dengan konflik fisik.
“nanti saya yang akan bilang.” Rendi menawarkan diri.

Rendi kemudian bergegas. Gorengan yang digenggamnya sudah tandas. “bayarin punya gua ya.” Ucap rendi sambil berlalu pergi. Meninggalkan agil yang mendengus kesal dengan yanto disebelahnya.

“Permisi bu, saya ingin menceritakan tentang yanto yang mau menikah tapi kekurangan biaya.” Rendi duduk. Menghadap atasannya yang bergaya cukup modis. Ia memakai jas seharga hampir satu juta.

“silahkan umumkan kepada yang lain. Ini saya akan nyumbang segini. Cukup tidak?” kata ibu atasannya tersebut.

“cukup, bu!”

Ia kembali ke ruangan kantornya. Ia memberikan pengumuman.

“teman-teman mari kita menyumbang untuk teman kita yanto” ucap rendi kepada kawan-kawannya yang lain. “ia membutuhkan biaya untuk pernikahan. Ayo, yang mendesak untuk ia segera menikah. Tanggungjawab sekarang. Ayo bantu dia!”

rendi mencari kardus. Menyiapkannya sebagai kotak sumbangan dadakan. Ia berkeliling membawa kardus tersebut. Mengedarkannya kepada setiap pegawai di tempat kerjanya.

Setelah terkumpul, ia kembali ke ruang kerjanya. Merapihkan uang-uang yang berserakan. Meninggalkan kardus yang telah kosong. Uangnya telah siap untuk diberikan kepada yanto.

rendi segera pergi ke tempat yanto. Ia menemukan yanto masih berdiam dengan agil. ia tersenyum. 

“ini uangnya! Cukup tidak?” ucap rendi setelah tiba.

“ini lebih dari cukup. Terimakasih! Ren” yanto terharu. Ia ingin memeluk rendi. Namun terlalu jauh. 

Rendi seakan menghindar. Ia mungkin berpikir takut pengap dipeluk tubuh tambun yanto. 

Yanto lega. Ia tak mampu berkata-kata. Ia mengucapkan banyak terimakasih untuk semua yang membantunya.


Ia segera menelepon agya. Sudah tak sabar memberi pengumuman. Ia sudah bisa menikah dengan agya. Membahagiakan orangtuanya. Menentramkan hati agya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar