BAB IX
Mencari bantuan
menjawab
Rendi datang ketika agil sedang
merangkul yanto. Dengan nakal ia berkata, “cie! Kalian sejak kapan pacaran?”
“Sialan lu!” ucap yanto dan agil,
kompak.
Rendi tertawa lebar. Ia segera
menghampiri mereka berdua.
“kenapa? Kenapa?” ucap rendi. Ia
memang lebih bijak. Mungkin karena telah menikah.
“begini,” agil membuka suara.
“yanto bingung mencari tambahan biaya dari mana?”
“oh. Ini sih gampang.”
Ia duduk di sebelah mereka
berdua. Ia mengambil gorengan yang tertata rapi di meja.
“Kita bilang saja sama teman
kantor kita.” Sambil memegang gorengan rendi berkata.
“ah, tidak, saya malu.” Yanto yang
berbadan tambun berkata. Cukup aneh. Sebenarnya dengan badan ia yang besar. Ia bisa
saja mengandalkan hal itu untuk mendapatkan uang. Namun badan besar tak
menjamin juga memiliki nyali yang kuat. Ia justru penakut apabila bertemu
dengan konflik fisik.
“nanti saya yang akan bilang.” Rendi
menawarkan diri.
Rendi kemudian bergegas. Gorengan
yang digenggamnya sudah tandas. “bayarin punya gua ya.” Ucap rendi sambil
berlalu pergi. Meninggalkan agil yang mendengus kesal dengan yanto
disebelahnya.
“Permisi bu, saya ingin
menceritakan tentang yanto yang mau menikah tapi kekurangan biaya.” Rendi
duduk. Menghadap atasannya yang bergaya cukup modis. Ia memakai jas seharga
hampir satu juta.
“silahkan umumkan kepada yang
lain. Ini saya akan nyumbang segini. Cukup tidak?” kata ibu atasannya tersebut.
“cukup, bu!”
Ia kembali ke ruangan kantornya. Ia
memberikan pengumuman.
“teman-teman mari kita menyumbang
untuk teman kita yanto” ucap rendi kepada kawan-kawannya yang lain. “ia
membutuhkan biaya untuk pernikahan. Ayo, yang mendesak untuk ia segera menikah.
Tanggungjawab sekarang. Ayo bantu dia!”
rendi mencari kardus. Menyiapkannya
sebagai kotak sumbangan dadakan. Ia berkeliling membawa kardus tersebut. Mengedarkannya
kepada setiap pegawai di tempat kerjanya.
Setelah terkumpul, ia kembali ke
ruang kerjanya. Merapihkan uang-uang yang berserakan. Meninggalkan kardus yang
telah kosong. Uangnya telah siap untuk diberikan kepada yanto.
rendi segera pergi ke tempat
yanto. Ia menemukan yanto masih berdiam dengan agil. ia tersenyum.
“ini
uangnya! Cukup tidak?” ucap rendi setelah tiba.
“ini lebih dari cukup. Terimakasih!
Ren” yanto terharu. Ia ingin memeluk rendi. Namun terlalu jauh.
Rendi seakan
menghindar. Ia mungkin berpikir takut pengap dipeluk tubuh tambun yanto.
Yanto lega. Ia tak mampu berkata-kata. Ia mengucapkan
banyak terimakasih untuk semua yang membantunya.
Ia segera menelepon agya. Sudah tak
sabar memberi pengumuman. Ia sudah bisa menikah dengan agya. Membahagiakan orangtuanya.
Menentramkan hati agya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar