MISTERI SOSOK ASING
DARI GEDUNG TUA
Sosok asing serba hitam melesat
melewati Sindi. Gadis SMA beserta tiga temannya. Itu adalah pandangan
mengerikan yang berada di depannya. Takut oleh ancaman itu, ia segera berpaling
dengan lolongan teriakan.
I
a terjebak dalam sebuah
keinginan gila dari anton. Cowok yang ingin membuktikan bahwa ia berani. Anton
mengajak Sindi menuju sebuah gedung tua. Itu hanya sebuah ajakan iseng. Tapi,
teman-teman Sindi menanggapi dengan serius. Alex, Cintia, Salma, itu teman-temannya.
Kini, ia harus menanggung
resikonya. Setelah anton, tiba-tiba tubuhnya mengeluarkan banyak darah seperti
semburan dari air pemadam kebakaran. Darah yang muncrat membasahi tubuh Sindi.
Di bawah ketakutan yang amat
sangat, Sindi bergegas lari. Ia tak peduli pada teman yang lain. ia kaget dan
kemudian tersandung pada sebuah kayu dekat pintu.
****
Ini adalah sebuah gedung tua yang
konon kabarnya menyimpan misteri di dalamnya. Hasil riset dari anton suatu
hari. Gedung Tua berupa Pabrik Kayu yang memiliki banyak pintu serta
sekat-sekat dari triplek seperti labirin.
Anton yang terobsesi pada cerita
misteri segera berpikir untuk mencari jawaban. Apa misteri dibalik gedung tua
itu? di suatu pagi, jam istirahat sekolah. Anton yang seperti biasa, membawa
topeng horror berusaha menakuti sindi yang sedang berada di kantin bersama
teman-temannya. Alex, Cintia, dan Salma.
Cindi tersentak kaget, dan hampir
menumpahkan makanan yang telah ia pesan. Hampir menyentuh baju anton.
“sorry!” anton berkata sambil
duduk di samping cindi.
“apaan? Ganggu banget!”
“ini gue abis riset. Ini ada
cerita tentang ini, kita harus ungkap?”
Cindi yang penakut, segera
menolak mentah-mentah ide tersebut. Sebelum teman-temannya kompak berkata,”
ayok, kita kesana.”
Cindi mendengus kesal, dengan
sedikit anggukan kepala.
****
Setelah tersangkut kayu, Cindi
berhasil kabur. Ia bersembunyi di bawah meja yang penuh debu. Ia menunggu
disitu. Berharap tak ditemukan oleh sekelebat gelap.
Alex yang paling bertenaga di
antara semuanya bergegas menjadi orang paling berani. Ia tahu, itu hanya sebuah
gertakan. Dan ia percaya, gertakan harus dilawan balik.
Namun, itu ternyata pilihan yang
salah. Dalam sebuah perkelahian yang tak seimbang, Alex kalah dengan sebuah
cabikan di perutnya hingga jeroannya keluar dengan alat membelek daging.
Cintia dan salma, yang kembar dan
bernasib baik. Mereka berdua berhasil meloloskan diri setelah suatu upaya Alex
memberikan kesempatan.
Kini yang tersisa adalah tiga
perempuan SMA yang tak berdaya.
Setelah jam menunjukkan pukul 2
dini hari. Sekelebatan hitam itu sedang sibuk mengurus dua mayat. Alex dan
Anton.
Terror ini tak akan berhenti
hingga ketiga perempuan itu mampu meninggalkan gedung tua tersebut. Itu tak
semudah dikatakan. Ini adalah sebuah labirin dalam sebuah gelap. Hanya bintang
yang menyinari gedung tersebut. Juga sebuah senter yang berhasil ditemukan
Sindi di bawah kolong meja.
Cintia dan Salma hanya mematung,
dalam gelap seperti ini, ia hanya bersandar pada sebuah tumpukan kayu seakan pasrah
seperti pasrahnya manusia pada hari penghisaban.
Sebelum semuanya berakhir menjadi
sebuah ending yang buruk, cindi dengan sedikit keberanian bergegas keluar dari
tempat persembunyiannya. Ia kini berada di ruangan. Seperti laboratorium namun
tanpa jendela kaca. Hanya meja dan berbagai peralatan. Mungkin ini adalah
pekerjaan orang sekelebatan itu.
Ia kemudian mencari petunjuk,
berusaha memilah dan memilih kira-kira senjata apa yang bisa digunakan untuk
menyerangnya, juga untuk mengetahui di balik peristiwa ini.
Kini, setelah sebuah pencarian
sia-sia. Ia menemukan sebuah petunjuk. Sepertinya sebuah foto. Namun tak
mungkin foto ada di ruangan ini. Tak mungkin sekelebatan itu cukup narsis untuk
menempelkan foto dirinya. Sebelum Cindi merasa itu adalah sia-sia. Ia ingat
akan foto itu, ini seperti foto sebuah keluarga yang wajahnya pernah
ditayangkan di TV. Ini seperti tetanggaku yang memelihara banyak kucing. Ini
seperti dendam yang harus dibayar tuntas. Ini adalah kisah tentang keluarga
yang ditinggal suaminya entah kemana.
Ia segera mengambil foto itu,
menyimpan pada sela-sela bajunya. Disangkutkan pada BHnya. Ia segera pergi
mencari jalan keluar dan Cintia dan Salma.
Cindi menyusuri labirin yang
seperti tak tentu. Sebuah paradox tak ada ujung, ia hampir menyerah sebelum
tiba-tiba ia hampir menemukan jalan keluar.
Itu adalah pintu dengan cahaya
terang di luarnya. Sebuah jalan penuh batu dan sedikit pasir keabu-abuan. Ia
hampir ingin segera pergi sebelum ia teringat, cintia dan salma harus ia cari
dulu.
Kini ia kembali lagi. Mencari
jalan lain sekalian menghafalkan jalan yang telah dilalui.
*****
Sekelebatan cahaya, menyeret
mayat alex dan anton. Ke sebuah ruangan. Semacam tempat praktek bedah. Itu
adalah memang menjadi tempat sosok asing tersebut tinggal. Ia terobsesi pada
manusia dan organ manusia. Itu adalah obsesi yang gila. Namun, ia tak mengerti
kenapa itu dianggap gila? Sementara dokter dengan operasi bedahnya tak dianggap
gila.
Ia hampir lupa akan ketiga
perempuan itu sebelum ia teringat kembali ketika ia telah membagi tubuh alex
dan anton menjadi berbagai bagian. Ia memisahkan daging dan tulang. Memisahkan
kepala dan tubuh. Hingga jeroan dan luaran. Ia bahkan memisahkan alat
kelaminnya. Menggantungnya pada sebuah tempat yang ia anggap semacam museum
alat kelamin.
Kini, ia bergegas mencari ketiga
perempuan itu.
******
“kau tidak apa-apa?” Sindi berkata setelah menemukan cintia dan salma. Itu adalah pertolongan tuhan yang pertama. Sindi berharap tuhan mau sedikit repot untuk memberi pertolongan kedua. Yaitu, kembali keluar dan mengabarkan apa yang terjadi.
“kau tidak apa-apa?” Sindi berkata setelah menemukan cintia dan salma. Itu adalah pertolongan tuhan yang pertama. Sindi berharap tuhan mau sedikit repot untuk memberi pertolongan kedua. Yaitu, kembali keluar dan mengabarkan apa yang terjadi.
Itu hampir menjadi kesampaian,
kalau saja ia ingat jalan kembali yang tadi ia hafalkan. Kini justru ia semakin
dekat pada sebuah ruangan yang menjadi semacam ruang produksi. Ia hampir muntah
dan cintia hampir pingsan dan salma muntah dengan cukup deras setelah melihat
alat kelamin terpajang di dinding ruangan tersebut.
Ia menyadari salah alamat, dan
bergegas kembali sebelum dihadang oleh sosok asing tersebut. Sindi mulai
sedikit takut, cintia dan salma bergerak bersembunyi di punggung Sindi.
Sindi sendiri setelah yang ia
jalani hingga saat ini menjadi hampir mati rasa takutnya. Ia bahkan siap jika
harus mati. Ia berani melawan sosok asing tersebut, namun tidak dengan
kekuatan, mungkin ia berpikir Alex kalah karena menggunakan kekuatan. Ia
bertarung dengan sedikit kecerdikan. Ia tahu, ia yang paling Cerdas. Dan sosok
asing itu tampak bodoh karena nafsunya menguasai otaknya.
Maka ia berusaha memancing sosok
asing itu untuk terus memuaskan nafsunya. Sosok asing itu hampir hilang kontrol,
sebelum sebuah usaha terakhir menyelamatkan dirinya. Ia berhasil mengenggam
salma. Dan dengan sedikit ancaman agar yang lain tak melawan. Sindi terlihat
lunglai. Ia hampir menyerah.
Tanpa
aba-aba, atas rasa ketidakpedulian. Cintia dengan resiko membunuh Salma,
melemparkan dengan sedikit memejamkan mata sebuah senjata tajam berupa pisau
panjang yang tepat ia temukan di samping kakinya. Pertolongan Tuhan yang kedua
hadir. Kini ia selamat. Salma dan Sindi yang telah lelah, dibantu oleh Cintia,
yang memiliki sedikit tenaga lebih kuat membopongnya keluar.
Akhirnya polisi mengungkap fakta gedung tua itu. Horor
karena ternyata, ada seseorang yang sangat terobsesi pada manusia dan tubuhnya.
Dan ingin memiliki seluruhnya menjadi koleksi museum atau menjadi objek
penelitiannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar