Selasa, 12 Desember 2017

MISTERI SOSOK ASING DARI GEDUNG TUA

MISTERI SOSOK ASING DARI GEDUNG TUA

Sosok asing serba hitam melesat melewati Sindi. Gadis SMA beserta tiga temannya. Itu adalah pandangan mengerikan yang berada di depannya. Takut oleh ancaman itu, ia segera berpaling dengan lolongan teriakan.
I
a terjebak dalam sebuah keinginan gila dari anton. Cowok yang ingin membuktikan bahwa ia berani. Anton mengajak Sindi menuju sebuah gedung tua. Itu hanya sebuah ajakan iseng. Tapi, teman-teman Sindi menanggapi dengan serius. Alex, Cintia, Salma, itu teman-temannya.

Kini, ia harus menanggung resikonya. Setelah anton, tiba-tiba tubuhnya mengeluarkan banyak darah seperti semburan dari air pemadam kebakaran. Darah yang muncrat membasahi tubuh Sindi.

Di bawah ketakutan yang amat sangat, Sindi bergegas lari. Ia tak peduli pada teman yang lain. ia kaget dan kemudian tersandung pada sebuah kayu dekat pintu.

****

Ini adalah sebuah gedung tua yang konon kabarnya menyimpan misteri di dalamnya. Hasil riset dari anton suatu hari. Gedung Tua berupa Pabrik Kayu yang memiliki banyak pintu serta sekat-sekat dari triplek seperti labirin.

Anton yang terobsesi pada cerita misteri segera berpikir untuk mencari jawaban. Apa misteri dibalik gedung tua itu? di suatu pagi, jam istirahat sekolah. Anton yang seperti biasa, membawa topeng horror berusaha menakuti sindi yang sedang berada di kantin bersama teman-temannya. Alex, Cintia, dan Salma.

Cindi tersentak kaget, dan hampir menumpahkan makanan yang telah ia pesan. Hampir menyentuh baju anton.

“sorry!” anton berkata sambil duduk di samping cindi.

“apaan? Ganggu banget!”

“ini gue abis riset. Ini ada cerita tentang ini, kita harus ungkap?”

Cindi yang penakut, segera menolak mentah-mentah ide tersebut. Sebelum teman-temannya kompak berkata,” ayok, kita kesana.”

Cindi mendengus kesal, dengan sedikit anggukan kepala.

****
Setelah tersangkut kayu, Cindi berhasil kabur. Ia bersembunyi di bawah meja yang penuh debu. Ia menunggu disitu. Berharap tak ditemukan oleh sekelebat gelap.

Alex yang paling bertenaga di antara semuanya bergegas menjadi orang paling berani. Ia tahu, itu hanya sebuah gertakan. Dan ia percaya, gertakan harus dilawan balik.

Namun, itu ternyata pilihan yang salah. Dalam sebuah perkelahian yang tak seimbang, Alex kalah dengan sebuah cabikan di perutnya hingga jeroannya keluar dengan alat membelek daging.
Cintia dan salma, yang kembar dan bernasib baik. Mereka berdua berhasil meloloskan diri setelah suatu upaya Alex memberikan kesempatan.

Kini yang tersisa adalah tiga perempuan SMA yang tak berdaya.

Setelah jam menunjukkan pukul 2 dini hari. Sekelebatan hitam itu sedang sibuk mengurus dua mayat. Alex dan Anton.

Terror ini tak akan berhenti hingga ketiga perempuan itu mampu meninggalkan gedung tua tersebut. Itu tak semudah dikatakan. Ini adalah sebuah labirin dalam sebuah gelap. Hanya bintang yang menyinari gedung tersebut. Juga sebuah senter yang berhasil ditemukan Sindi di bawah kolong meja.
Cintia dan Salma hanya mematung, dalam gelap seperti ini, ia hanya bersandar pada sebuah tumpukan kayu seakan pasrah seperti pasrahnya manusia pada hari penghisaban.

Sebelum semuanya berakhir menjadi sebuah ending yang buruk, cindi dengan sedikit keberanian bergegas keluar dari tempat persembunyiannya. Ia kini berada di ruangan. Seperti laboratorium namun tanpa jendela kaca. Hanya meja dan berbagai peralatan. Mungkin ini adalah pekerjaan orang sekelebatan itu.

Ia kemudian mencari petunjuk, berusaha memilah dan memilih kira-kira senjata apa yang bisa digunakan untuk menyerangnya, juga untuk mengetahui di balik peristiwa ini.

Kini, setelah sebuah pencarian sia-sia. Ia menemukan sebuah petunjuk. Sepertinya sebuah foto. Namun tak mungkin foto ada di ruangan ini. Tak mungkin sekelebatan itu cukup narsis untuk menempelkan foto dirinya. Sebelum Cindi merasa itu adalah sia-sia. Ia ingat akan foto itu, ini seperti foto sebuah keluarga yang wajahnya pernah ditayangkan di TV. Ini seperti tetanggaku yang memelihara banyak kucing. Ini seperti dendam yang harus dibayar tuntas. Ini adalah kisah tentang keluarga yang ditinggal suaminya entah kemana.

Ia segera mengambil foto itu, menyimpan pada sela-sela bajunya. Disangkutkan pada BHnya. Ia segera pergi mencari jalan keluar dan Cintia dan Salma.

Cindi menyusuri labirin yang seperti tak tentu. Sebuah paradox tak ada ujung, ia hampir menyerah sebelum tiba-tiba ia hampir menemukan jalan keluar.

Itu adalah pintu dengan cahaya terang di luarnya. Sebuah jalan penuh batu dan sedikit pasir keabu-abuan. Ia hampir ingin segera pergi sebelum ia teringat, cintia dan salma harus ia cari dulu.
Kini ia kembali lagi. Mencari jalan lain sekalian menghafalkan jalan yang telah dilalui.

*****

Sekelebatan cahaya, menyeret mayat alex dan anton. Ke sebuah ruangan. Semacam tempat praktek bedah. Itu adalah memang menjadi tempat sosok asing tersebut tinggal. Ia terobsesi pada manusia dan organ manusia. Itu adalah obsesi yang gila. Namun, ia tak mengerti kenapa itu dianggap gila? Sementara dokter dengan operasi bedahnya tak dianggap gila.

Ia hampir lupa akan ketiga perempuan itu sebelum ia teringat kembali ketika ia telah membagi tubuh alex dan anton menjadi berbagai bagian. Ia memisahkan daging dan tulang. Memisahkan kepala dan tubuh. Hingga jeroan dan luaran. Ia bahkan memisahkan alat kelaminnya. Menggantungnya pada sebuah tempat yang ia anggap semacam museum alat kelamin.
Kini, ia bergegas mencari ketiga perempuan itu.
******
“kau tidak apa-apa?” Sindi berkata setelah menemukan cintia dan salma. Itu adalah pertolongan tuhan yang pertama. Sindi berharap tuhan mau sedikit repot untuk memberi pertolongan kedua. Yaitu, kembali keluar dan mengabarkan apa yang terjadi.

Itu hampir menjadi kesampaian, kalau saja ia ingat jalan kembali yang tadi ia hafalkan. Kini justru ia semakin dekat pada sebuah ruangan yang menjadi semacam ruang produksi. Ia hampir muntah dan cintia hampir pingsan dan salma muntah dengan cukup deras setelah melihat alat kelamin terpajang di dinding ruangan tersebut.

Ia menyadari salah alamat, dan bergegas kembali sebelum dihadang oleh sosok asing tersebut. Sindi mulai sedikit takut, cintia dan salma bergerak bersembunyi di punggung Sindi.

Sindi sendiri setelah yang ia jalani hingga saat ini menjadi hampir mati rasa takutnya. Ia bahkan siap jika harus mati. Ia berani melawan sosok asing tersebut, namun tidak dengan kekuatan, mungkin ia berpikir Alex kalah karena menggunakan kekuatan. Ia bertarung dengan sedikit kecerdikan. Ia tahu, ia yang paling Cerdas. Dan sosok asing itu tampak bodoh karena nafsunya menguasai otaknya.

Maka ia berusaha memancing sosok asing itu untuk terus memuaskan nafsunya. Sosok asing itu hampir hilang kontrol, sebelum sebuah usaha terakhir menyelamatkan dirinya. Ia berhasil mengenggam salma. Dan dengan sedikit ancaman agar yang lain tak melawan. Sindi terlihat lunglai. Ia hampir menyerah.

Tanpa aba-aba, atas rasa ketidakpedulian. Cintia dengan resiko membunuh Salma, melemparkan dengan sedikit memejamkan mata sebuah senjata tajam berupa pisau panjang yang tepat ia temukan di samping kakinya. Pertolongan Tuhan yang kedua hadir. Kini ia selamat. Salma dan Sindi yang telah lelah, dibantu oleh Cintia, yang memiliki sedikit tenaga lebih kuat membopongnya keluar.


Akhirnya polisi mengungkap fakta gedung tua itu. Horor karena ternyata, ada seseorang yang sangat terobsesi pada manusia dan tubuhnya. Dan ingin memiliki seluruhnya menjadi koleksi museum atau menjadi objek penelitiannya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar