Konflik dunia nyata terasa samar dibandingkan dengan kondisi
sosial media kita. Saya tidak tahu, belum pernah riset, namun berasumsi,
kondisi hubungan masyarakat Indonesia sedang
terganggu. Akibat apa? Saya percaya, akibat polarisasi. Kata polarisasi yang
saya sukai akhir-akhir ini. Suatu hal dibedakan, yang berbeda dianggap lawan
itu adalah polarisasi. Dunia sedang mengalami ini, terutama akibat perang di
Timur Tengah yang membawa arus pengungsi ke Negara Eropa. Jadi, ada dua hal
yang berkaitan, pertama, yang pro pengungsi, dan yang kedua menolak pengungsi.
Negara maju yang menerima pengungsi mengalami resistensi
akibat kondisi sosial masyarakat yang berbeda dengan para pengungsi. Ada shock culture. Yang menolak pengungsi
menganggap Negara mereka tidak peduli kemanusiaan. Akibatnya terjadi perbedaan
pendapat terpolarisasi.
Ini juga terjadi pada Indonesia, terutama setelah kasus
penistaan Agama yang dilakukan oleh Basuki Tjahaya Purnama dan dampaknya,
sebuah aksi bela Islam 212. Berpolarisasi, yang membenci bela Islam dan yang
menyukai bela Islam. Yang membenci menganggap mereka yang mengikuti aksi bela
Islam tidak Pancasilais, ekstremis, fundamentalis. Yang menyukai bela islam
menganggap yang membenci sebagai kaum kafir, liberalis, komunis.
Polarisasi ini berakibat pada banyaknya demo untuk suatu hal
yang menjadi hak bagi Warga Negara. Menolak datangnya ulama siapa? Menolak penyanyi
siapa? Mempermasalahkan kedatangan siapa? Konfliknya menjadi like dislike. Seperti
yang terbaru, Ust. Abdul Somad dilarang safari dakwah di Bali.
Uniknya, mereka memiliki apa yang disebut dengan buzzer. Yang
membuat ramai adalah mereka ini. Orang-orang yang bekerja dengan menjadi akun sosial
media yang menggiring opini. Lading ini sangat besar saya kira, bahkan mungkin
mampu untuk membuat seseorang menjadi mapan.
Sering kemudian kondisi ini menjadi panas, menjadi ramai di sosial
media. Untungnya adalah hal ini masih menjadi buih-buih. Saya harap sih terus menjadi
buih. Tidak membesar menjadi kolam.
Hanya saja, yang saya sayangkan adalah kenapa kondisi ini
justru dianggap nyata oleh mereka-mereka yang secara pemikiran seharusnya
terbuka. Maksudnya terbuka di sini adalah, mereka yang mampu menerima informasi
tanpa bias dan dengan cara pandang yang kalau dalam kode etik jurnalistik
disebut Cover Both Side.
Entah sampai kapan kondisi ini akan berlangsung. Mungkin akan
selalu ada, saya kira. Karena perbedaan ini sudah ada dari semenjak dulu. Semenjak
Negara Indonesia hanya berada pada mimpi-mimpi rakyat Indonesia dulu. Konflik
membuat Negara yang stabil.
Kita terus mencoba, dari Pancasila ini ditafsirkan oleh para
pemimpin bangsa. Mulai dari zaman Soekarno hingga Sulilo Bambang Yudhoyono. Kita
sering kali goyah sebagai bangsa dalam menafsirkan ini, namun saya percaya kita
masih mampu menstabilkannya.
Pada akhirnya saya tak tahu bagaimana solusi untuk masalah
ini akan berakhir. Bagi saya, mungkin memang selama pekerjaan dari konflik ini
masih ada. maka, konflik ini akan selalu ada. karena pada dasarnya, Rakyat
Indonesia itu menurut saya, dan ini sangat objektif dan umum, mungkin saya akan
terlalu generalisir, atau bahkan menjadi jahat. Menurut saya rakyat Indonesia
itu sangat cerdik. Maksudnya cerdik adalah rakyat Indonesia mampu untuk
beradaptasi dalam kehidupan sosial maupun ekonomi. Kita cerdik memanfaatkan
situasi, kita selama membutuhkan makan. Tidak peduli ada apapun, akan terus
mencari makan. Sebagaimana tukang sate waktu ledakan bom di Sarinah Thamrin
Jakarta beberapa waktu lalu hingga buruh pabrik yang dipecat untuk kemudian
menjadi tukang ojek online maupun pangkalan.
Analisis yg luar biasa
BalasHapusKarena sebuah alasan mencari makan maka banyak orang menghalalkan segala cara
BalasHapusUlasan yg bagus
BalasHapusTulisan mas Akbar bagus banget. Buat aku pribadi, butuh pemahaman lebih nih. Thx for the sharing
BalasHapusYeap right! Apapun situasinya, kita tetap butuh makan
BalasHapusTerima kasih atas sharingnya
BalasHapuskerenya,,
BalasHapustapi aku belum paham polarisasi itu gimana ya?
polarisasi itu jika kamu bukan golongan kami, maka kamu musuh kami.
HapusKereen analisanya mas.
BalasHapusUntuk tulisan ini sy harus berulang membacanya, karena belum memahaminya. Ditunggu tulisan-tulisan kerennya mas
Ulasannya menarik,Mas. Hanya pembahasannya terlalu berat untuk saya pribadi. Sehingga harus berulang kali membacanya hingga sampai ditahap mengerti hehehe. Maklum agak lemot 😄
BalasHapusmantap banget tulisan mas akbar. terimakasih sudah berbagi
BalasHapusmantap banget tulisan mas akbar. terimakasih sudah berbagi
BalasHapus