Senin, 18 Desember 2017

sampaikan walau satu ayat dengan tanggungjawab

Kalau dalam penulis non fiksi, kau tahu, sungguh berbahaya apabila data menjadi fitnah. Mengeluarkan pendapat harus memiliki data yang akurat. Asumsi yang tepat. Bukannya ngawur, memiliki cacat logika dan menimbulkan fitnah.

Riset sangat diperlukan. Namun, riset adalah pekerjaan yang sangat membuat malas. Riset memerlukan waktu panjang, ketelitian dalam membaca dan menganalisis data. Sungguh sebuah pekerjaan yang membuat malas.

Namun, kalau tidak seperti itu, tulisanmu hanya akan menjadi sampah. Hanya akan menjadi sumber buruk bagi dunia literasi Indonesia.

Kalian pernah mengalami keanehan tidak, ketika kamu menuliskan istilah yang tidak umum, terus kamu berasumsi makna istilah tersebut adalah A, sementara menurut KBBI adalah B. Itu sudah cukup membuat kita menjadi olokan bagi para pembaca kita. Itu tentu saja tidak ingin terjadi pada kita, untuk itu kita harus selalu riset, harus selalu memahami setiap istilah tidak umum tersebut sebelum benar-benar kita posting.

Sampaikanlah meski hanya satu ayat. Pesan ini benar, namun tak sepenuhnya benar. Karena di sisi lain, satu ayat ini harus mampu dipertanggungjawabkan. Ini yang terkadang luput menjadi perhatian. Sekarang, dengan agenda utama media adalah kita. Kita adalah media. Tentu, kita harus mampu berpikir untuk mempertanggungjawabkan setiap pernyataan, setiap ayat yang kita sampaikan.
Terkadang kekeraskepalaan kita terhadap suatu ayat membunuh kebenaran yang sebenarnya. Kita sering sekali melihat berbagai perbedaan pendapat. Kita sering menyebarkan berita. Berita dari sosial media yang kita dapatkan. Itu, kalau dengan kekeraskepalaan kita, hanya akan menjadi sebuah berita yang bohong, yang menjadi gangguan bagi orang lain, yang menjadi sumber perpecahan.
Maka, hentikan kekeraskepalaan kita terhadap suatu ayat atau kepercayaan. Kita mulai dengan menganalisa, mempertanyakan setiap informasi yang kita dapat. Sebelum kita sebarkan kepada orang lain.

Selain itu, sebuah pernyataan atau ayat, memiliki apa yang disebut dengan istilah sensitifitas. suatu ayat atau pernyataan memiliki resiko apabila tersampaikan. Resikonya bisa berupa ketidakpercayaan, berupa ketidaksukaan, atau malah hingga permusuhan. Kenapa? Karena dalam setiap bahasa ada rasa, setiap berita ada hak privasi. Contohnya, pemberitaan tentang suatu kecelakaan. Kalau kita mendapatkan berita suatu kecelakaan, kita harus memahami bahwa sensitif apabila tayangan korban ditampilkan secara eksplisit. Kita berikan sebuah sensor kepada wajah atau mungkin bentuk tubuh korban. Itu mengurangi resiko sebuah berita menjadi usaha kebencian.

Kenapa? Misalkan begini, kamu sering lihat korban akibat perang. Gambar tentang kengerian ambil contoh korban perang Israel dan Palestina. Di situ sering ditampilkan korban dengan narasi betapa kejamnya Israel. Tentu saja, ini menimbulkan kebencian terhadap Israel. Sebaiknya narasinya diubah, cerita tentang korban kejahatan tidak perlu ditayangkan.  Kembalikan kepada sisi kemanusiaan. Tentang kehidupan korban di pengungsian, tentang apa yang dibutuhkan. Tentu saja, yang timbul adalah kepedulian dan kemanusiaan.

Contoh lainnya, pemberitaan tentang tersebarnya video sex seseorang. Kita selalu menghukum mereka sebagai penjahat dengan menceritakan kehidupan mereka. Mempermalukan mereka. Padahal itu tidak patut, kenapa? karena begini, perempuan itu selalu menjadi korban. Perempuan dalam video tersebut hidupnya menjadi terganggu. Bisa jadi ia depresi, stress atau bahkan bunuh diri. Itu lebih mengerikan. Justru yang sebaiknya kita beritakan adalah, jangan sesekali melakukan hal tersebut.
Lagipula, itu adalah ranah privat, bukan ranah publik. Itu adalah hak mereka. Terserah mereka untuk melakukan itu. saya jujur saja, tidak merasa terganggu. Jadi saya tidak masalah dengan hal tersebut. Namun tentu saja, saya tidak sepenuhnya benar. Dan sebagaimana manusia biasanya. Saya takut sekali menulis dengan kesan menggurui, karena itu berbahaya.


Namun sekali lagi, sampaikan walau satu ayat dengan bertanggungjawab.

#ODOP4
#kelasnonfiksi

1 komentar:

  1. Analisanya mantap bang. Terkadang sebuah pemberitaan bisa membuat kita beranggapan berlebihan, meski hanya narasi sebuah foto

    BalasHapus